Rabu, 14 Mei 2014

Allah, I Miss You.!


Rindu merapatkan keningnya di sebuah sajadah.
Bulir basah menetes dari sudut-sudut matanya mirip kristal putih indah.

Rindu merasa kehidupannya saat ini jauh berbeda.
Ada yang berubah dengan jalan hidup dan tingkah lakunya. Rindu yang dulu lucu dan lugu. Kini menghilang dari kehidupannya. Dunia merubah Rindu menjadi wanita yang naif dan sibuk dengan segala kefanaan yang ada dihadapannya.

Rindu mengangkat tubuhnya perlahan. Duduk diantara dua sujud terakhirnya. Membaca kalimat-kalimat Allah. Dan mengucapkan salam. Menoleh ke-kanan kemudian ke-kiri. Sesekali Rindu menarik nafasnya dalam. Airmatanya menetes deras membasahi mukena putihnya.

Tidak ada sepatah kata yang terucap. Rindu tidak sanggup berkata-kata. Rasa hatinya merasa amat malu dan hina. Rindu merasa sangat lelah dengan kehidupannya saat ini. Airmatanya terus mengalir, didalam hati rindu berkata-kata sangat banyak. Meluapkan segala keluh kesahnya. Ia malu jika para malaikat mendengarnya. Ia malu pada dirinya sendiri. Ia malu harus mengakui segalanya di hadapan Sang Khalik.

" Ya Allah,.... Aku lelah.
Aku sungguh sangat lelah.
Aku selalu berfikir untuk melarikan diri dari segala kenyataan yang ada.
Aku selalu melampiaskan rasa amarah kepada siapa saja.

Ya Allah,... Aku lelah.
Aku sungguh tidak sanggup menghadapi kehidupanku saat ini lagi.
Aku putus asa ya Allah.
Rasanya aku ingin mati saja.........

Kata-kata Rindu terhenti, matanya menatap wajah kecil mungil yang memandanginya sedari tadi.
Raisa memperhatikan Rindu yang menangis tersedu-sedu. Di pojokan kamar Raisa mematung, bibirnya tersenyum tipis.
Gadis mungil itu enggan mendekat ke arah Rindu. Walau dari matanya tersimpan kerinduan yang dalam. Merindukan hangatnya pelukan seorang Ibu, dari Rindu.

Rindu tergugu. Airmatanya bertambah deras menjadi-jadi. "Raisa,........" Rindu berbisik pelan.
Kedua tangannya menutupi mulutnya. Berusaha untuk tidak berteriak.
"Raisa,......"
"Raisa, anak mama..........." Rindu berucap terbata. Bibirnya bergetar.

Rindu mendekati Raisa, berusaha untuk memeluknya dan.........hilang.
Raisa menghilang.

Rindu mencari-cari Raisa dengan matanya di seluruh penjuru kamar. Rindu menangis lagi. Kali ini tangisannya terdengar sangat pilu. Rindu menyadari gadis mungil itu tidak berada di dalam kamarnya.
"Raisa tidak ada. Raisa, anak mama sudah meninggal......."
Rindu menyadari kepergian Raisa. Rindu memperhatikan kamarnya yang berwarna putih.

Dua bulan yang lalu, Rindu kehilangan Raisa.
Rindu mengabaikan keluhan-keluhan gadis kecil itu. Raisa yang masih berumur 4 tahun. Selalu membuat Rindu marah karena terlalu rewel dan cengeng. Tanpa Rindu sadari, Raisa sedang sakit dan akhirnya pergi meninggalkannya. Hutang-hutang kartu kredit Rindu yang begitu banyak akibat mantan suaminya membuat Rindu harus terus berlari dari debt collector.

Dan yang terburuk, saat dirinya dibuang oleh keluarganya kerumah sakit jiwa.
Tanpa ada yang mau membantunya untuk melunasi hutang-hutang yang melilit hidupnya.
Rindu menderita Stress hebat.
Rindu tidak bisa berfikir jernih. Hidupnya hancur berantakan.
Pernikahan indah yang dia impikan menjadi malapetaka dalam lembaran ceritanya.

Rindu masih menangis tersedu-sedu. Di dalam kamar putihnya. Ia kembali merintih.
"Ya Allah,..... Ampuni lah aku ya Allah.
Aku lelah....
Aku sungguh lelah.....

Aku sungguh merindukanmu ya Allah.... Peluklah aku erat dalam dekapan hangat cintaMu."

Rindu selalu memohon dan merintih di dalam doa-doanya. Ini entah yang keberapa kalinya Rindu memohon dengan sepenuh hatinya. Rindu sudah ikhlas, Ikhlas sekali dengan segala apa yang terjadi di hidupnya.

"Allah, aku rindu......."
"Aku rindu yang merindukanMu...."
Rindu berbisik lemah. Sisa-sisa airmata masih basah dan melekat di pipinya. Rindu merasa sangat lelah dan juga lega. Dengan perlahan Rindu merebahkan tubuhnya meringkuk di atas sajadah dan menutup matanya.

Berharap kerinduannya terbalas dari cinta yang sejati.




RSeptriati.
14May14




2 komentar:

  1. bagus mba ...

    saya suka ceritanya juga ...
    makin lama makin mantap mba reri lah ..
    sukses mba ..

    BalasHapus

tinggalkan komentar anda dan terima kasih