Minggu, 25 April 2021

PENGUNTIT

Hari semakin menjadi redup. Tak terasa warna jingga sudah keluar di penghujung bumi. 
Aku menapaki lorong kecil menuju rumah. Tidak ada yang spesial dari dalam diriku. Hanya banyak kesialan yang menjadi kawan hidup ku. 

Perlahan kudengar suara kresek di belakang. Gang yang selalu kulewati selama 15 tahun terakhir menjadi begitu horor bagiku. 
Dulu sangat ramai anak-anak kecil bermain dan bercanda. Tanda yang menunjukkan adanya peringatan bahwa di gang itu banyak anak-anak pun masih terpampang. 

Tapi sejak satu tahun terakhir ini. Setelah kejadian mengerikan itu. Banyak orang yang mengalami hal-hal yang mengerikan setiap kali melewati gang ini. Warga setempat yang menempati rumah-rumah di sekitar lorong perlahan pindah satu persatu. 

Akh. Sial. 
Kenapa aku memikirkan hal-hal semacam itu disaat aku berjalan sendirian disini. Dan senja pun beranjak meninggalkan aku. Aku berlari kecil dengan cepat agar tidak mengalami hal-hal yang menakutkan. 

Satu dua bangunan rumah yang bertingkat memberikan lampu mereka untuk menerangi lorong gelap ini. Membuatku sedikit terbantu untuk melihat kedepan. Kenapa aku merasa lorong ini sangat panjang? 
Aku memaki dalam hati. Kalau saja aku rajin olahraga pasti badanku tidak seberat ini kurasa. 

Rasanya aku ingin menangis. Suara azan sudah tak terdengar lagi. Aku belum pernah merasakan lorong ini menjadi begitu panjang. 
Sial, sial, sial. Dalam hatiku. 
Kalau saja aku menerima tawaran Robert untuk diantar pulang. Mungkin aku tidak harus mengalami hal buruk ini. 
Jalan yang biasa aku lewati sekarang mengalami perbaikan dan harus tutup jalan. 
Kenapa aku harus memilih melewati lorong ini? Cerdasnya diriku... 

Sedikit lagi, aku melihat persimpangan keluar dari lorong. Tapi,... Tiba-tiba ada sesosok seram berdiri di depan lorong memandang diriku. Baju putihnya panjang menyentuh tanah menutupi kakinya. Rambutnya panjang terurai menunduk kebawah. 
Diam, lalu bergerak perlahan. Aku terpaku. Kakiku melemah. Gemetaran. Aku tak sanggup menarik kakiku untuk lari. 
Ya Tuhanku. Allah,... Apa ini yang namanya kuntilanak. T_T 

Aku berusaha keras. Mundur dan bersiap untuk lari. Namun kuntilanak itu dengan cepat berlari ke arahku. Dan memegang tanganku. 
DAPAT.!!
AAAAAaaaaaaaaaa..... Jeritku kuat. 
Aku meronta ketakutan. Dengan sangat kuat aku berusaha melepaskan diri. Dan menangis sejadi jadinya.

Entah bagaimana. Kenapa, dan mengapa. Tanpa aku sadari. Tiba-tiba hening. Aku meringkuk di sudut lorong. Mendekap tubuhku erat. Menutup mataku rapat-rapat. Aku sungguh enggak berani beranjak dari tempatku. 
Sebuah sentuhan kecil Mengetuk-ngetuk lenganku. 
"Heii... Mereka sudah pergi." Seseorang berada tepat di depanku. 
Suara itu terdengar jelas dan tenang. Dari suaranya saja bisa membuat orang lain berfikir pemiliknya tentu la orang baik. 
Aku masih merasa sangat takut. Dan belum berani untuk membuka mata. Sepertinya dia mengerti ketakutan ku. 
"Namaku Daven. Kamu mau kuantar pulang?" Tawarannya membuat ku mengangkat wajah dan menatap kearahnya. 
Dibalik remang malam, aku bisa melihat wajah yang begitu tampan. Menatap ke arahku. 

Aku masih sangat takut. Masih kudekap seluruh tubuhku dengan erat. Berusaha melirik kearah dimana makhluk seram tadi berasal. 
”Mereka orang usil yang suka menakuti siapa saja yang lewat di gang ini. Terutama di malam hari." Devan menjelaskan untuk menenangkan aku.
"Prank...?" Bisikku. 
”Ya. Prank yang jahat. Mereka juga mungkin ingin merampok korbannya." Sambung Devan
Devan berdiri dan memberikan tangannya kepada ku. "Katakan. Mau ikut denganku, atau tetap disini." 
Aku ragu, tapi tidak berani sendiri. Perlahan ku raih tangan Devan yang dingin. "Aku ikut." 
Genggaman tangannya begitu kuat. Hingga mampu menarik seluruh tubuhku. Kaki ku yang masih gemetar memaksa ku untuk menumpu kan hidupku padanya mulai detik ini. 

Aku tidak akan pernah tahu kapan dan dengan siapa aku akan berjumpa. 
Aku tidak akan pernah tahu, jika tidak aku sendiri yang mengalami. 
Bahwa kehidupan dunia lain itu ada. 


Bersambung...
#1m1c





4 komentar:

tinggalkan komentar anda dan terima kasih