Senin, 31 Mei 2021

Aku yang merindukan aku


Tiga puluh Tujuh tahun telah berlalu, rasanya baru saja kemarin aku melihat kedua orang tua ku. Kini mereka telah tiada. Dan aku pun sudah menjadi manusia yang dewasa. 

Di labeli dengan pamplet dewasa tidak lantas membuat aku bertindak tegas seperti dewasa pada umumnya. Terkadang aku masih merasa cengeng dan tidak mampu. Hanya saja rasa itu yang sekarang sudah mahir aku tutupi dari hadapan banyak orang. 

Aku tidak menangis sembarangan dan melakukan hal-hal konyol lainnya saat aku merasa sangat terpuruk. Aku hanya akan menutup pintu kamar rapat-rapat dan enggan untuk membukanya. 

Hal lain lagi, cibiran yang datang dari sisi kiri dan kanan. Cibiran yang mengatakan aku perempuan tua. Tidak laku menikah. Terlalu banyak memilih. Bahkan ada yang mengatakan dengan jahat, menuduh karena aku sudah tidak perawan lagi. Makanya aku menutup diri. 

Ada juga yang bilang, aku hanya kelihatan lembut namun kenyataannya mulutku tajam. Sebab itu banyak lelaki yang sakit hati padaku dan tak mau menikah dengan aku. Dan yang paling gila, mereka bilang aku pecinta sesama jenis. Ha..ha..ha...

Akh.! Terserahlah.
Tidak perlu kujelaskan pada mereka semua. Jodoh itu urusan Tuhan. Aku masih merasa sangat nyaman sekarang. 
Yang terpenting aku tidak menumpang hidup dengan orang lain. Yang terpenting aku sudah mampu membiayai kehidupan dan kebutuhan ku sendiri. 

Sejujurnya aku juga merasa sedikit sepi. Dengan kehidupan saat ini. Semua teman-teman dekat ku sudah pada menikah. 
Dan aku memilih untuk tidak sering-sering menghubungi mereka. Khawatir akan mengganggu kesibukan mereka bersama keluarganya. 

Beberapa teman dekat ku ingin menjodohkan aku dengan teman suami mereka. Atau bahkan dengan saudara dan kerabatnya. Tapi aku menolak. Aku tidak suka menjalin hubungan yang rumit. Bagiku hidupku sendiri saja sudah cukup membahagiakan walaupun terasa sepi. 
Aku tidak ingin menjalani hari-hari yang riwet seperti teman-temanku pada umumnya. 

Menikah tidak mengeluarkan mereka dari kepelikan hidup. Justru hanya menambah beban dan penderitaan. Kebahagiaan mereka semu dan hanya sementara. 
Sekejap saja di awal hidup mereka. Lalu, begitu banyak kasus dan kekhawatiran. 

Aku merasa beruntung bisa bebas dan lepas dari masalah seperti yang mereka alami. Aku merasa leluasa dalam banyak hal. 
Bagiku, karir dan kehidupanku sudah cukup bagiku. Hatiku milikku, hidup dan waktuku milikku sendiri. Tidak terikat oleh siapapun. 
Juga tidak ada baby kecil yang terus-menerus merengek mengikuti dan menghabiskan seluruh waktu. Aku sungguh tidak mampu membayangkan hal semacam itu terjadi padaku. 

Aku tidak pernah menginginkannya. Bahkan bermimpi memiliki sebuah keluarga pun aku tidak suka. 
Itu sebabnya aku membatasi diri berinteraksi dengan lelaki, siapa pun orangnya. 

Karena aku tahu wanita itu hatinya rapuh. Dan gampang tersentuh. Jika memang harus berhadapan karena hubungan pekerjaan aku akan membangun dinding yang tinggi dan tebal. Memberikan jarak yang jauh dan jelas. Sehingga kebanyakan dari mereka tidak berani atau segan membangun interaksi dengan ku. 
Wanita bernama, Jessi





 






1 komentar:

  1. aku udah umur segini juga masih nangisan alias cengeng, kadang di satu sisi bisa santai berpikir dewasa, tapi kalau lagi ngambek ya kayak anak anak juga

    BalasHapus

tinggalkan komentar anda dan terima kasih